Tema "mengkaji diri" dalam Islam, hampir tidak disentuh lagi dalam tataran praksis, dunia akademis kampus lebih menyukai wacana dan pembaharuan pemikiran yang agaknya lebih mengesankan secara intelektual dan selalu aktual. Mengapa bisa terjadi demikian? intelektual circle kita lebih banyak dipengaruhi wacana dan tradisi modern yang cenderung mengabaikan sisi esoteris, dibandingkan sisi eksoteris dari aspek keagamaannya.
Kajian wacana tekstual maupun kontektual pemikiran mengisolasi "diri" dalam ruang "makna" legalistik agama, tanpa ingin melintas ke pendakian "hakikat"nya. Dengan alasan rasional yang argumentatif, konstruksi wacana dibangun berdasarkan fundamental rasional dan riset ilmiyah. Maka dapat dimaklumi, wacana yang terpublikasikan akan lebih banyak bersentuhan dengan "islamologis", yang rasional daripada yang "supra-rasional" (transendental). Di sinilah peran penting "ngaji Islam cara Kampus", dikonstruksi untuk sebuah visi yang tidak mendikhotomi, yang dilandasi satu fundamentasi "ketauhidan" yang benar.
( Syamsuri Ali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar